Pengendalian Bahaya Pohon
Bahaya pohon yang telah di jelaskan di atas telah banyak terbukti kebenarannya di lapangan, tinggal bagaimana tindakan pengendaliannya. Pengendalian bahaya pohon ini secara teknis sangat mungkin dilakukan dengan upaya pencegahan atau mengurangi tingkat bahaya yang ditimbulkan dengan menyiasati beberapa upaya berikut ini.
Pertama, pemilihan bahan tanaman, tumbangnya pohon di perkotaan kerap terjadi akibat penggunaan bibit yang keliru. Bibit yang berasal dari perbanyakan vegetatif, seperti setek dan cangkok, mengandung beberapa kelemahan disamping kelebihan dalam keseragaman dan kemudahan penyediaan bibit dalam jumlah massal.
Pertumbuhan pohon hasil perbanyakan vegetatif mempunyai kelemahan pada keragaan struktur akar. Sebagai contoh pada angsana yang dibiakan secara vegetatif, mempunyai struktur akar serabut yang dangkal dan lemah, sehingga sejalan dengan beban tumbuh tajuk, batang meninggi, serta ketiadaan penyangga akar tunjang berpotensi untuk mudah tumbang bila dihempas angin kencang.
Struktur akar yang demikian juga membatasi kemampuan menjangkau sumber air di musim kemarau, khususnya di daerah dengan muka air tanah yang dalam. Sehingga tumbuhan tersebut semakin meranggas hidupnya. Gejala yang demikian tidak dijumpai pada struktur akar tunjang pada pohon hasil pembiakan generatif melalui benih (seed).
Kedua, perbaikan pada daerah perakaran, pertumbuhan pohon bergantung pada peran akar sebagai penyerap air dan unsur hara, pasak, bahkan sebagai penyimpan makanan. Gangguan perakaran seperti terpangkas, penyempitan ruang akar serta pemadatan tanah melemahkan fungsi penunjang akar, sehingga sangat labil dalam menghadapi angin kencang.
Perbaikan yang penting dilakukan, antara lain pemupukan, perbaikan aerasi tanah untuk pasokan udara, men-drainase-kan kelebihan air, serta pemangkasan berkala pada tajuk untuk mengimbangi pertumbuhan.
Ketiga, mempertahankan keanekaragaman jenis, keragaman jenis pohon di perkotaan amat penting. Kehadiran aneka jenis pohon tidak saja memperkaya nilai visual tumbuhan, tetapi juga penting dalam menghadapi serangan hama/penyakit. Penanaman pohon dengan keragaman jenis yang rendah sangat rapuh dalam menghadapi gangguan hama/penyakit, karena tidak memberikan alternatif pilihan atas target serangan hama/penyakit. Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah serangan hama pada angsana, mulai dari penggorok “daging daun” yang membuat bercak “transparan” helai daun sampai serangan ulat bulu penyantap habis daun di Jakarta, Semarang dan beberapa kota (Kompas, 17 Februari 2003) akibat hilangnya sang musuh alami.
Penggunaan material pohon secara massal dari klon pembiakan vegetatif menciptakan keseragaman tinggi, namun mempunyai variasi genetik rendah. Meskipun seragam dalam pertumbuhan, pembungaan, buah atau juga resistensi terhadap hama/penyakit sekalipun, namun dalam jangka panjang, tidak selamanya menjamin terbebas dari serangan bila suatu saat muncul strain hama/penyakit yang baru. Oleh karena itu keseragaman ini perlu dikompensasi dengan meningkatkan keragaman variasi genetisnya, baik dari hasil pembiakan generatif sejenis maupun penganekaragaman dengan jenis lain. Pada akhirnya adanya keragaman genetik jenis pohon ini turut berkontribusi dalam memperkuat stabilitas pohon terhadap deraan lingkungan.
Keempat, pengelolaan bahaya pohon, di beberapa negara maju terdapat instansi khusus yang menangani pengelolaan bahaya pohon. Pengelolaan bahaya pohon dilakukan secara terintegrasi dengan program pengelolaan taman dan ruang terbuka hijau kota. Aktivitas pengelolaan dilakukan dengan menerapkan sistem informasi geografis (SIG) yang menyediakan pangkalan data spasial pohon (koordinat posisi geografi, sebaran pohon) dan atribut karakteristik fisik maupun ekologis (seperti jenis, asal bibit, usia, tinggi, diameter batang dan tajuk).
Dengan aplikasi SIG selain diketahui kelas pohon, nilai asuransi, jadwal pemeliharaan, peta sebaran, juga status tingkat bahaya. Dugaan wilayah atau titik-titik yang rawan bahaya pohon bila terjadi badai dapat disimulasikan. Berdasarkan tingkat bahaya tersebut diusulkan alternatif tindakan pencegahan melalui beberapa cara, mulai dari dipangkas sebagian, dipertahankan dengan beberapa perbaikan, seperti penguatan struktur pohon dengan penyangga, kawat (cabling) dan menutup rongga batang dengan semen (cavity treatment) sampai ditebang dan penanaman pohon yang baru.
Semoga informasi ini berguna dalam upaya mengubah status musibah menjadi manfaat dalam melestarikan pohon-pohon kota yang akarnya menghujam dalam ke tanah serta batang yang tegak dan tegar dalam kerimbunan tajuk yang menebar kenyaman dan keamanan bagi lingkungan kita. Jika kita memelihara pohon dan lingkungannya, semoga pohon dan lingkungannya akan memelihara kita juga.
http://qpramukanto.staff.ipb.ac.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar