TO A NEW BEGINNING

TO A NEW BEGINNING

Translate Languange

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Minggu, 30 Mei 2010

bahaya pohon

Bahaya Pohon
Tingkat bahaya pohon ditentukan oleh dua komponen, yaitu bentuk ketidaknormalan struktural pohon, dan objek yang menjadi sasaran. Berdasarkan dua komponen ini, penilaian bentuk ancaman diklasifikasikan dari yang ringan berupa tertimpa ranting sampai yang berat tertimpa batang pohon, dengan menilai kerugian dari objek sasaran baik itu manusia, kendaraan atau rumah.

Khusus untuk komponen pertama, tingkatan bahaya pohon ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu bagian struktur pohon yang menyimpang, jenis, ukuran dan usia, tempat tumbuh, cuaca dan pemeliharaan. Pertama, kelainan struktural, penyimpangan struktural yang terjadi pada perakaran seperti akar membusuk, terpotong, atau busuk pada batang akan sangat berbahaya dibandingkan ranting yang mati. Bila ditemukan kelainan ini, suatu saat, pohon tersebut dapat tumbang seluruhnya atau sebagian.

Kedua, jenis pohon, pada jenis pohon berdaun lebar, seperti angsana, glodogan (Polyalthea longifolia), kenari dan kere payung (Filicium decipiens), kelemahan struktural umumnya terjadi pada ketidakseimbangan antara beban dahan dan ukuran tajuk dengan kemampuan akar untuk menopang. Kelemahan lain terdapat pada mudahnya terjadi busuk bagian dalam batang yang dapat menjalar ke dahan dan ranting tanpa terlihat penampakannya dari luar. Sehingga bobot dan tekanan mekanis tajuk dan cabang semakin membebani pohon.

Pada tumbuhan berdaun jarum, seperti jenis cemara dan pinus, kelemahan struktural biasanya pada pangkal akar dan daerah perakaran.

Ketiga, ukuran dan usia, dalam situasi tertentu semakin besar dan tua usia pohon semakin beresiko dibandingkan yang lebih muda. Walaupun beberapa pohon ada yang tumbuh menua namun tetap tegar bertahan hidup karena mempunyai toleransi dan adaptasi yang tinggi terhadap berbagai deraan lingkungan. Ketegarannya tercermin pada akar yang mengunjam jauh ke dalam tanah, batang kokoh, serta tajuk lebat dan rimbun. Sehingga gambaran kesuksesan dalam hidup yang sarat dengan perjuangan menghadapi deraan lingkungan hadir dalam sosok tegarnya.

Pada jenis pohon cepat tumbuh seperti angsana dan akasia, biasanya mempunyai batang kayu yang lemah. Terkadang dalam lingkungan subur, dahan dan percabangan yang lemah tumbuh lebat, sehingga mudah patah atau roboh.

Keempat, tempat tumbuh, toleransi pohon terhadap deraan lingkungan sangat menentukan keberlangsungan hidupnya. Gangguan sistem perakaran seperti terpangkas oleh galian, pelebaran jalan dan penyempitan daerah perakaran serta pemadatan tanah akibat tingginya intensitas aktivitas di atas permukaan tanah melemahkan fungsi penunjang dari akar.

Lingkungan fisik kota menciptakan kondisi ruang tumbuh yang tidak menguntungkan. Karena keterbatasan ruang, penanaman dilakukan dalam pola baris memanjang, ruang perakaran sempit atau dalam wadah pot. Deraan berbagai polutan udara seperti SOx dan NOx, temperatur udara tinggi semakin menambah panjang deretan sumber stress pada pohon.

Cekaman lingkungan yang berat tanpa konpensasi pemulihan stamina menjerumuskan pohon pada kondisi pertumbuhan suboptimal. Celakanya dalam kondisi yang kian menurun ini semakin mudah terjadi infeksi sekunder oleh hama/penyakit, seperti ulat, jamur, bakteri, virus maupun nematoda yang semakin memperburuk kondisi pohon.

Kelima, faktor cuaca, faktor ini memegang peranan penting sebagai pemicu terjadinya bahaya pohon. Angin kencang disertai hujan mempunyai kekuatan merusak yang besar. Untuk skala kota, faktor iklim mikro sangat penting untuk dipertimbangkan. Kegagalan penanaman pohon terjadi di koridor-koridor jalan yang berada di antara deretan gedung bertingkat, dimana mempunyai pola sirkulasi udara akumulatif yang meningkatkan kekuatan angin. Pada daerah-daerah tertentu tumbangnya pohon terjadi karena gagal menerapkan pola penananam masive menghadang dan menghalangi aliran angin. Padahal dengan desain massal dan komposisi beragam jenis serta sistem tajuk yang “berongga”, pohon menjadi lebih tegar dalam menghadapi pukulan angin kencang karena masih dapat meloloskan, menyaring dan mengarahkan aliran udara.

Keenam, faktor pemeliharaan, sejak dari pembibitan sampai penanaman, pemeliharaan mempunyai andil penting. Penanaman dengan teknik pemindahan tanaman besar dari tempat pembibitan dengan menggali kemudian dibungkus pada bagian perakaran, yang disertai pemangkasan tajuk sampai dipindahkan ke lubang tanam mempunyai pengaruh penting. Pada saat penggalian bola akar terjadi pemutusan sistem perakaran yang pengaruhnya tidak dapat segera terlihat, namun baru diketahui pada saat pohon tersebut tumbang.

http://qpramukanto.staff.ipb.ac.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar