TO A NEW BEGINNING

TO A NEW BEGINNING

Translate Languange

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Minggu, 30 Mei 2010

Motor Nasional - SMI Expressa

19 Prototipe Setahun
Sebenarnya, andai desainer dan enginering roda dua Indonesia diberi kesempatan, pastinya juga bisa menghasilkan produk lokal dengan mutu sip. Faktanya belajar dari sejarah munculnya Sepeda Motor Indonesia (SMI) Expressa yang diluncurkan 13 tahun lalu. Pada masa setahun (1996-1997) sebelum menjelang peluncuran Expressa, anak-anak bangsa sanggup menghasilkan 19 prototipe.

"Waktu itu sudah jadi bukti kalau enginer dan desainer roda dua Indonesia sanggup menghasilkan protipe sendiri," beber Taufik Hidayat, mantan Project Manager SMI dari 1996-1999 yang waktu itu langsung di bawah Federal Motor, Sunter, Jakarta Utara.

Tulisan ini bercerita sedikit bagaimana Expressa, yang banyak orang mengganggap, motor Indonesia pertama. Proyek SMI sendiri diawali 1995. Tahun 1995-1996 hanya dibikin 1 prototipe dan masuk ke 1996-1997 bisa dibikin 19 prototipe. "September 1997 resmi Expressa meluncur dan presiden Soeharto langsung kasih nama. Beberapa teman sepakat kalau Expressa kependekan dari Expresi Bangsa," ungkap Taufik.4173taufik-gt-1.jpg

Proses munculnya Expressa juga enggak lepas dari kebijakan pemerintah saat itu. Presiden Soeharto, setahun sebelum lengser, meminta Menteri Perindustrian saat itu, Tungki Ariwibowo, mengirim surat ke Honda Motor Company untuk membantu penyediaan mesin.

"Honda memenuhi permintaan Indonesia. Dikirimlah 100 ribu unit mesin 100 cc. Tipe mesin MCB 100," ujar Taufik, alumnus Institut Teknologi Bandung angkatan 1974.

Tim SMI enggak berhenti setelah Expressa ke luar dan dipenuhinya permintaan 100 ribu unit mesin MCB100. Untuk memenuhi kebutuhan sampai produksi motor nasional, Taufik dan rekan dari SMI juga terus melacak vendor komponen, terutama kelistrikan.

"Mayoritas produsen kelistrikan di Indonesia milik pihak luar negeri. Kita mencari ke luar negeri supaya harga unit motor nantinya bisa kompetitif dari merek yang sudah ada," jelas Taufik.

Hasil dari pencarian didapat calon suplier komponen dari Cina dan Taiwan. SMI melacak ke seluruh industri komponen di Taiwan dan Cina Utara-Selatan.

Pengembangan SDM pun dilakukan pihak tim SMI. Beberapa orang melakukan penjajakan ke AVL, yang bermarkas di Austria. "AVL salah satu konsultan enginering otomotif yang terbaik selain Ricardo di Inggris. Semua produsen motor dan roda empat di dunia menggunakan jasa AVL dan Ricardo sebagai konsultan. Kerja sama dengan AVL berguna untuk menentukan komponen sesuai iklim di Indonesia," jelas Taufik yang berkacamata.

Dua tahun setelah peluncuran Expressa, September 1997, sudah disiapkan calon motor nasional yang lain dengan tipe Cooboter. "Jenisnya antara bebek dan skuter. Sayang, motor nasional dihentikan karena beberapa permasalahan. Padahal, beberapa alat dan SDM sudah siap untuk bisa membuat motor asli Indonesia," tutup Taufik.

Siapa mau melanjutkan?

HARGA MIRING

Hitung-hitungan Expressa enggak sekadar merancang dan memformulasikan material. Tapi juga sampai kepada tahap penentuan on the road (OTR) dan strategi pemasarannya siap dilaksanakan. Patokan harga dasar pasti dari harga OTR produk yang sudah ada.

"Waktu itu kita enggak pakai jaringan yang sudah ada. Karena motor nasional, pemasarannya harus merakyat. Waktu itu ada usul pemasaran numpang lewat toko-toko swalayan. Eh, malah sekarang banyak yang ngelakuin," ujar Taufik Hidayat yang mundur dari tim SMI pada 1999.

Paling ketat menentukan banderol OTR karena banyak melibatkan harga komponen yang ditentukan pihak luar tim SMI. Awalnya sih enggak begitu jauh selisih harga OTR SMI dengan produk yang sudah lebih dulu beredar. Enggak lebih dari 9% lebih rendah dari OTR motor merek principle. Hitungan ini didapat pihak dalam tim SMI. "Setelah negosiasi dengan suplier komponen harganya jauh bisa lebih ditekan. Lebih dari perhitungan 9%. Maaf saya enggak bisa menyebutkan karena enggak etis " ujar Taufik yang sekarang berkarir di produsen motor Kanzen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar